
“Sesungguhnya Kami
menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang
memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah, (yaitu)
urusan yang besar dari sisi Kami. Sesungguhnya Kami adalah Yang mengutus rasul-rasul,
sebagai rahmat dari Rabbmu. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui,.” (QS
: Ad Dukhaan : 3-6)
Pendahuluan
Kaum Muslimin khususnya yang mempunyai kebiasaan
merayakan malam-malam nisfu sya’ban menafsirkan ayat-ayat dalam surat Ad
Dukhaan di atas dengan penafsiran yang di kaitkan dengan keutamaannya. Terlebih
lagi di tambah dengan banyaknya riwayat-riwayat yang ada (meskipun mayoritas
dhaif). Hal itu semakin menguatkan keyakinan mareka bahwa malam yang di maksud
dalam ayat-ayat di atas adalah malam-malam nisfu sya’ban. Benarkah demikian,.?
Marilah kita coba menilik pendapat para ahli tafsir mengenai ayat-ayat diatas,.
Penafsiran Ayat
Pendapat yang menyatakan bahwa yang di maksud
‘malam’ pada ayat di atas adalah malam lailatul qadar.
Pada penafsiran firman Alloh Ta’ala ; (“Sesungguhnya
Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi,.”), Imam At Thabari
menjelaskan ; “Alloh -Jalla Tsana’uhu- bersumpah dengan Al Kitab ini
(Al Qur’an) bahwasanya ia di turunkan pada malam yang penuh barakah. Dan para
ahli tafsir berbeda pendapat mengenai malam itu, malam apakah yang di maksud
(dalam ayat di atas),.?”
Kemudian beliau menjelaskan bahwa sebagian ahli tafsir
berpendapat bahwa yang di maksud “malam yang di berkahi” dalam ayat-ayat diatas
adalah malam lailatul qadar. Dan beliau menukil beberapa riwayat yang
menguatkan pendapat ini, diantaranya adalah riwayat dari Qatadah. Sedang
sebagiannya lagi berpendapat bahwa malam yang di maksud dalam ayat ini adalah malam
nisfu sya’ban. Namun setelah menyebutkan pendapat yang ke dua ini lantas
beliau mengatakan :
والصواب
من القول في ذلك قول من قال: عنى بها ليلة القدر،
“Pendapat yang benar mengenai hal ini adalah sebagaimana
pendapat orang yang mengatakan : “Menurutku yang di maksud ‘malam’ dalam ayat ini
adalah malam lailatul qadar,” [1]
Dari penjelasan beliau di atas kita ketahui bahwa beliau
lebih menguatkan pendapat yang menyatakan bahwa malam yang di maksudkan dalam
ayat-ayat di atas adalah malam lailatul qadar.
Adapun Ibnu Katsir, beliau berkata tentang
ayat-ayat diatas ;
“Alloh berfirman mengabarkan tentang Al Qur’an bahwasanya ia di turunkan pada
malam yang penuh barakah, yaitu malam lailatul qadar. Hal itu
sebagaimana firman Alloh Ta’ala (“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al
Quran) pada malam kemuliaan.” [QS : Al Qadar : 1]), dan itu terjadi pada
bulan Ramadhan sebagaimana juga pada firman Alloh Ta’ala (“Bulan Ramadhan,
bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi
manusia”). Dan telah kami sebutkan hadits-hadits yang ada (yang telah kami
sebutkan) dalam surat Al Baqarah yang kiranya sudah mencukupi, dan tidak perlu
di ulang dalam pembahasan kali ini. Barang siapa yang mengatakan bahwasanya
yang di maksud malam dalam ayat ini (surat Ad Dukhaan di atas) adalah malam nisfu
sya’ban sebagaimana sebuah riwayat dari ‘Ikrimah, maka sungguh ia telah
jauh dari apa yang di cari. Sesungguhnya Al Qur’an telah manjelaskan bahwa
yang di maksud malam dalam ayat-ayat tersebut adalah Ramadhan (lailatul
qadar),.”. [2]
Kita dapatkan pula penjelasan dari Ibnu Katsir bahwa yang
di maksud ‘malam’ dalam ayat-ayat di atas adalah lailatul qadar, bahkan
beliau mengatakan bahwa pendapat yang membenarkan pernyataan bahwa yang di
maksud ‘malam’ dalam ayat-ayat di atas adalah malam nisfu sya’ban adalah
pendapat yang jauh dari kebenaran.
Demikian pula Fakhrudin Ar Razi di dalam tafsirnya juga
menguatkan pendapat yang menyatakan bahwa yang di maksud ‘malam’ pada ayat-ayat
di atas adalah malam lailatul qadar.
Ibnu ‘Adil kemudian menjelaskan bahwa dalil-dalil yang
mereka gunakan diantaranya adalah :
- Firman Alloh Ta’ala dalam Al Qadar ayat pertama :
إِنَّا أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ القدر
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al
Quran) pada malam kemuliaan.” (QS : Al Qadar : 1)
Jelas bahwa ayat itu sama dengan firman Alloh
Ta’ala pada surat Ad Dukhaan ayat tiga di atas, yaitu ayat yang sedang kita bicarakan,
{“ Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi,.”}.
Yang di maksudkan pada kedua ayat ini pun sama, yaitu Al Qur’an. Sebagaimana
pula telah di jelaskan oleh Alloh Ta’ala bahwa Al Qur’an di turunkan pada bulan
Ramadhan yang terdapat di dalamnya malam kemuliaan dan malam yang di berkahi,
sama dengan kedua ayat di atas.
- Pada firman Alloh dalam surat Al Qadar ayat ke empat :
تَنَزَّلُ الملائكة والروح فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِم مِّن كُلِّ أَمْرٍ
“Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat
Jibril dengan izin Rabbnya untuk mengatur segala urusan.”. (QS : Al Qadar : 4)
Demikian pula pada surat Ad Dukhaan di atas di sebutkan ;
{“Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang
penuh hikmah,”} dan juga di terangkan {“sebagai
rahmat dari Rabbmu”}, sementara pada surat Al Qadar kita dapatkan pula
firman Alloh ; {“Malam itu (penuh) kesejahteraan,.”}.
Melihat kenyataan itu maka sulit bagi kita untuk mengatakan bahwa yang di
maksudkan dengan ‘malam’ pada surat Ad Dukhaan dan surat Al Qadar adalah
berbeda.
- Ibnu Jarir At Thabari menukil sebuah riwayat dari
Qatadah bahwasanya beliau berkata : “Suhuf (lembaran-lembaran)
Ibrahim turun pada malam awal bulan Ramadhan, dan Taurat di turunkan pada
malam ke enam (6) dari Ramadhan, Zabur di turunkan malam ke dua belas (12)
Ramadhan, dan Injil pada malam ke delapan belas (18) Ramadhan, dan Al
Qur’an pada malam ke dua puluh empat (24) Ramadhan, dan malam yang penuh
barakah itu adalah malam lailatul qadar.” [3]
Dari riwayat itu kita ketahui bahwa
kitab-kitab terdahulu juga di turunkan pada bulan Ramadhan. Artinya apa,.?
Tidaklah benar bahwa makna ‘malam’ pada ayat-ayat dalam surat Ad Dukhaan di
atas di artikan dengan malam nisfu sya’ban, dengan membawa makna ‘kitab
yang di turunkan’ pada ayat tersebut adalah ‘kitab-kitab terdahulu’, sementara
kita ketahui dari riwayat yang di bawakan oleh At Thabari di atas menunjukkan bahwa
kitab-kitab terdahulu juga di turunkan pada bulan Ramadhan.
Pendapat yang menyatakan bahwa yang di maksud
‘malam’ pada ayat di atas adalah malam nisfu sya’ban.
Memang tidak kita pungkiri bahwa terdapat riwayat yang menunjukkan
bahwa ‘malam’ yang di maksud dalam surat Ad Dukhaan di atas adalah malam nisfu
sya’ban. Diantaranya adalah riwayat dari Ikrimah, sebagaimana di sebutkan
oleh Ibnul Jauzi dalam tafsirnya, dan Al Alusiy dalam Ruhul Ma’ani-nya.
Namun ini adalah pendapat yang minoritas dan lemah, dikarenakan hanya di
dasarkan pada perkataan manusia dan bukan pada dali-dalil yang ada. Amat
berbeda sekali dengan pendapat pertama yang di dasarkan pada dalil-dalil dari
Al Qur’an. Maka amatlah tepat apa yang di katakan oleh Fakhrudin Ar Razi
mengenai pendapat ini ;
فما
رأيت لهم فيه دليلاً يعول عليه ، وإنما قنعوا فيه بأن نقلوه عن بعض الناس ، فإن صح
عن رسول الله صلى الله عليه وسلم فيه كلام فلا مزيد عليه ، وإلا فالحق هو الأول
“Aku tidaklah melihat dalam pendapat ini
dalil yang padanya pendapat ini di letakkan, mereka hanyalah mencukupkan diri
dengan mengambil pendapat dari sebagian manusia. Sesungguhnya jika telah ada
perkataan dari Nabi Shalalloh ‘alaihi wa Sallam di dalamnya maka tidaklah perlu
di tambah-tambah lagi, jika tidak, maka pendapat pertamalah yang lebih tepat.” [4]
Maka tidaklah tepat membawa ayat-ayat awal dalam surat Ad
Dukhan di atas sebagai dalil atau pembenar dari perayaan malam-malam nisfu
sya’ban dan memuliakannya dengan ibadah-ibadah khusus sebagaimana di kerjakan
sebagian kaum Muslimin saat ini.
[1]
. Tafsir At Thabari pada penjelasan
Tafsir ayat di atas, via Maktabah Syamilah
[2]
. Al Yasiir Fi Ikhtishar Tafsir Ibni
Katsir hal. 1632, Dar Al Hudah Lin Nasyr – Jeddah, cet. 1 tahun 1429 H
[3]
. Lihat Tafsir Al Lubab, Ibnu ‘Adil
, 14/159 Maktabah Syamilah
[4]
. Mafatihul Ghaib, Fakhrudin Ar Razi
14/1 Maktabah SYamilah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar