Senin, 13 Agustus 2012

Kesalahan Berhari Raya

Hari Ied adalah hari di mana kita di perbolehkan bergembira di dalamnya dan bersyukur kepada Alloh atas nikmat yang Alloh berikan kepada kita serta kemudahan dalam kita menjalankan ibadah di bulan mulia yaitu bulan Ramadhan. Namun terkadang sebagian kaum Muslimin di karenakan ketidaktahuan mereka akan hukum-hukumnya, mereka terjatuh ke dalam kesalahan. Diantara kesalahan-kesalahan itu selama ini sebagian sudah mereka anggap dan mereka yakini bahwa hal itu benar atau bahkan boleh di lakukan. Ini tak lain karena hal itu sudah menjadi kebiasaan yang di wariskan turun-temurun, sehingga cukup sulit untuk di rubah. Diantaranya lagi bahkan sudah dianggap menjadi budaya yang menurut mereka perlu dilestarikan. Na’udzubillah


Kesalahan-kesalahan itu diantaranya adalah ;

  1. Membuat aneka makanan untuk leluhur
Kebiasaan ini banyak berkembang di masyarakat jawa. Setiap kali menjelang hari Ied para ibu sibuk dengan membuat makanan yang beraneka ragam. Ketika makanan itu sudah jadi mereka meletakkannya pada meja khusus, dengan di tata rapi. Setelah itu mereka lantas melakukan ritual dengan membakar ‘kemenyan’, ditambah dengan mantera-mantera khusus. Adapun tujuan dari aneka makanan yang di letakkan di atas meja khusus tersebut adalah untuk hidangan leluhur yang menurut anggapan mereka pada malam itu akan pulang ke rumah. Oleh kerenanya biasanya pintu rumah pada malam hari pun tidak di tutup hingga benar-benar larut. Hidangan tersebut hanya khusus untuk arwah leluhur dan tidak boleh di makan oleh siapapun termasuk anggota keluarga hingga esok paginya.

Untuk amalan semacam ini jelas pertama, secara akal pun tidak dapat di terima. Bagaimana mungkin arwah manusia bisa makan makanan manusia yang hidup,.? Kedua, keyakinan bahwa arwah orang yang telah mati (leluhur) dapat pulang kembali ke rumah pada waktu-waktu tertentu bertentangan dengan dalil dari Al Qur’an, yaitu firman Alloh ;

اللَّهُ يَتَوَفَّى الْأَنْفُسَ حِينَ مَوْتِهَا وَالَّتِي لَمْ تَمُتْ فِي مَنَامِهَا ۖ فَيُمْسِكُ الَّتِي قَضَىٰ عَلَيْهَا الْمَوْتَ وَيُرْسِلُ الْأُخْرَىٰ إِلَىٰ أَجَلٍ مُسَمًّى ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

“Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditetapkan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir.” (QS : Az Zumar : 42)

Ayat di atas jelas menyatakan bahwa jiwa atau arwah orang yang telah mati berada dalam genggaman Alloh Ta’ala. Maka tidak mungkin arwah itu kembali pulang kerumah hanya untuk sekedar menengok keluarganya di dunia, atau hanya sekedar makan hidangan yang di sediakan. Tidak ada satu pun nas menyatakannya, bahkan yang ada adalah sebaliknya.

Ketiga, perbuatan sebagaimana ritual yang di lakukan dengan pada saat menghidangkan aneka makanan dengan menggunakan ‘kemenyan’ di takutkan bisa menjerumuskan pelakunya ke dalam kesyirikan. Karena di dalamnya ada pengagungan kepada selain Alloh Ta’ala melalui mantera-mantera yang di baca ataupun yang lainnya.

  1. Menyambutnya Dengan Membunyikan Petasan
Inilah yang di lakukan oleh sebagian kaum Muslimin ketika menyambut hari Ied, hari yang seharusnya kita di dalamnya banyak bersyukur kepada Alloh atas segala nikmat dan kelancaran yang di berikan dalam kita menjalankan ibadah di bulan mulia. Tak di ragukan lagi perbuatan ini disamping mengganggu orang lain, khususnya tetangga dekat kita karena suara yang memekakkan telinga juga dapat mengakibatkan pemborosan pada perkara yang tidak ada manfaatnya atau bahkan maksiat di sisi Alloh. Kita tahu bahwa tidak di katakan sebagai seorang Muslim apabila tetangga tidak aman dari perbuatan kita. Nabi bersabda ;

لَيْسَ الْمُؤْمِنُ الَّذِي لا يَأْمَنُ جَارُهُ بَوَائِقَهُ

“Tidaklah di katakan sebagai seorang Mukmin apabila tetangganya tidak merasa aman dari perbuatan jahatnya.” (HR : Bukhari)

Demikian pula Nabi mengkaitkan keimanan dengan berbuat baik kepada tetangga. Nabi bersabda ;

ومن كان يؤمن بالله واليوم الآخر ، فليكرم جاره

“Barang siapa beriman kepada Alloh dan hari akhir maka hendaknya ia memuliakan tetangganya.” (HR : Bukhari & Muslim)

Kemudian Alloh juga mengingatkan kita dari berbuat tabdzir, Alloh berfirman ;

إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ ۖ وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِرَبِّهِ كَفُورًا

Sesungguhnya para pemboros (yang menggunakan hartanya secara berlebihan untuk kemaksiatan) itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.(QS : Al Israa : 27)

  1. Budaya Berbusana Baru
Pada asalnya membeli pakaian baru merupakan perkara yang mubah. Menjadi berlebihan manakala hari raya serasa tidak ‘afdhal’ tanpa adanya baju baru. Dan inilah yang terjadi pada masyarakat kita. Imagehari raya tiba busana harus baru pula’ sudah mendarah daging, oleh karenanya tiap kali mendekati hari raya mereka berbondong-bondong pergi ke pusat perbelanjaan untuk berburu busana baru. Tak jarang di antara mereka menghabiskan hingga jutaan rupiah untuk agenda ini. Padahal Alloh telah memperingatkan kita agar kita tidak berlebih-lebihan meskipun dalam perkara yang mubah. Alloh berfirman ;

يَا بَنِي آدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا ۚ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ  

“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (QS : Al A’raaf : 31)

Lebih parahnya lagi yang tidak mampu pun di ‘paksa-paksakan’ untuk mengikuti kebiasaan ini hingga memaksa diri berhutang demi budaya ini. Padahal yang Nabi ajarkan adalah berpakaian dengan pakaian yang indah dan baik dari pakaian yang kita miliki, bukan harus melulu membeli pakaian khusus untuk menyambutnya. Pakaian lama pun bisa di pakai asal memenuhi kriteria, yaitu pakaian terindah dan terbagus yang kita miliki.

  1. Budaya Bersalaman
Diantara budaya yang ngetren di negeri kita ketika hari Ied tiba adalah budaya bersalam-salaman sambil bermaaf-maafan. Ketahuilah bahwa sebenarnya budaya bersalaman dan bermaaf-maafan itu tidak pernah di lakukan oleh Nabi dan para sahabat. Yang ada adalah sebuah riwayat yang menceritakan mengenai tahni’ah (ucapan selamat) yang di lakukan oleh sebagian sahabat, itupun tanpa di sertai dengan perbuatan ‘salam-salaman’ sebagaimana budaya masyarakat kita saat ini. Perhatikan riwayat berikut ;

عن جبير بن نفير ، قال : كان أصحاب النبي صلى الله عليه وسلم إذا التقوا يوم العيد يقول بعضهم لبعض ، تُقُبِّل منا ومنك . قال ابن حجر : إسناده حسن

“Dari Jubair bin Nufair beliau mengatakan ; Para sahabat Nabi Shalallohu ‘alaihi wa Sallam apabila mereka saling bertemu pada hari Ied sebagian dari mereka mengucapkan kepada yang lain ; “Tuqubbila minna wa minka”. 

Ibnu Hajar mengatakan ; “Sanadnya baik”. (sebagaimana dalam Al Fatkh 2/446)

Namun meskipun demikian menurut pandangan Imam Ahmad bagi kita cukup menjawab saja, tidak perlu memulai ucapan tahniah itu kepada orang lain. Maka kita dapatkan ucapan beliau dalam hal ini ;

إن هنأني أحد أجبته وإلا لم أبتدئه

“Jikalau ada yang mengucapkan tahni’ah kepadaku maka aku menjawabnya, jikalau tidak maka aku pun tidak memulainya” [1]

Sementara budaya bersalaman (dengan selain makhram) jelas bertentangan dengan syariat. Sebagaimana kita tahu bahwa ada hadits yang menegaskannya ;

لأن يطعن في رأس أحدكم بمخيط من حديد خير له من أن يمس امرأة لا تحل له

“Kepala seseorang diantara kamu sekalian di tusuk dengan jarum dari besi itu lebih baik dari pada ia bersentuhan dengan wanita yang tidak halal baginya.” (HR : Thabrani & Baihaqi) [2]

Wallohu ta’ala a’lam,..


[1]. Silahkan lihat fatwa syaikh Shalih Al Munajjid mengenai ADAB HARI IED di Website yang beliau ampu, tepatnya pada link berikut ; http://islamqa.info/ar/ref/36442
[2]. Mengenai hadits ini Al Hatsami mengatakan bahwa para perawinya merupakan perawi yang shahih. Al Mundziri juga mengatakan bahwa perawinya terpercaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

ABU RUQOYYAH Copyright © 2009 WoodMag is Designed by Ipietoon for Free Blogger Template | Supported by denkhoir