Rabu, 18 April 2012

Perniagaan Yang Menyelamatkan

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَىٰ تِجَارَةٍ تُنْجِيكُمْ مِنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ * تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ 
وَتُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ ۚ ذَٰلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ

Wahai orang-orang yang beriman, maukah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.(QS : as Shaf : 10-11)

Berkaitan dengan ayat ini Muqatil mengatakan : “Ayat ini turun kepada ‘Utsman bin Madz’un, ia berkata kepada Nabi : “Wahai Rosululloh, apabila engkau mengizinkanku niscaya aku akan menceraikan istriku, aku akan menjadi Rahib dan akan ku kebiri diriku, aku tidak akan memakan daging, tidak tidur di malam hari dan akan berpuasa di siang harinya selamanya.”, maka Nabi Shalallohu ‘Alaihi wa Sallam lalu mengatakan :


إنَّ من سُنَّتِي النَّكاحَ فلا رهْبانِيَةَ في الإسْلامِ وإنَّما رَهْبانِيةُ أمَّتِي الجهادُ في سبيلِ اللَّهِ ، وخصاء أمَّتِي الصَّومُ ، فلا تُحرِّمُوا طَيِّباتِ مَا أَحَلَّ اللَّهُ لكُم ، ومِنْ سُنَّتِي أنَامُ وأقُومُ وأفْطِرُ وأصُومُ ، فمنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِي فليْسَ منِّي

“Sesungguhnya diantara Sunnahku adalah menikah, tidak ada kerahiban di dalam Islam, kerahiban umatku adalah dengan jihad di jalan Alloh, pengkebirian umatku adalah dengan puasa. Maka janganlah kamu sekalian mengharamkan hal yang baik-baik yang telah Alloh halalkan bagi kalian, dan diantara Sunnahku adalah aku tidur pada malam hari dan aku juga bangun (untuk shalat malam, aku berbuka dan aku juga berpuasa, barang siapa membenci Sunnahku maka bukanlah termasuk dari golonganku.”

Maka lantas ‘Utsman berkata : “Aku menginginkanya wahai Nabi Alloh, yaitu sebuah perniagaan yang di cintai oleh Alloh maka aku akan berniaga di dalamnya.” Lalu turunlah ayat ini. (yaitu surat as Shaf ayat 10). (al Lubab Ibnu ‘Adil / 15 / 263 Maktabah Syamilah)

Ibnu Abi Hatim juga membawakan sebuah riwayat dari Sa’id bin Jubair mengenai firman Alloh : {Wahai orang-orang yang beriman, maukah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih}, beliau mengatakan : “Ketika turun ayat ini kaum Muslimin mengatakan ; “Seandainya kami mengetahui perniagaan apakah itu niscaya akan kami keluarkan untuknya harta kami dan keluarga kami.” Kemudian Alloh menjelaskan mengenai perniagaan ini, maka Alloh berfirman : {(yaitu) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya,…”}. (ad Dur al Mantsur as Suyuti / 9 / 498 Maktabah Syamilah)

Firman Alloh Ta’ala : {“Wahai orang-orang yang beriman, maukah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih?}, ini merupakan dorongan untuk bersungguh-sungguh dalam perniagaan ini, yang di jelaskan oleh Alloh Ta’ala, yaitu seseorang mencurahkan harta dan jiwanya dan mengambil harganya yaitu syurga yang kekal abadi. (al Jawahir al Hassan Fi Tafsiril Qur’an ats-Tsa’aalabi / 4 / 87 Maktabah Syamilah)

Perniagaan ini antara ahlul iman (orang yang beriman) dengan Alloh Ta’ala, maka Alloh akan membeli jiwa dan harta orang-orang yang beriman yang di curahkan di jalan Alloh Ta’ala, sebagaimana firman-Nya :

إِنَّ اللَّهَ اشْتَرَىٰ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنْفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ بِأَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَ 

Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka..” (QS : at Taubah : 111)

Alloh mengkaitkan amal shalih dengan lafadz “perniagaan”, ini sebagai permisalan karena kemiripan antara amal shalih dengan sebuah perniagaan, yaitu dalam hal mencari manfaat dari amalan tersebut. Sebuah perniagaan yang baik akan menghasilkan keuntungan yang besar, demikian juga amal shalih akan menghasilkan kemanfaatan yang besar tak terhingga, yaitu Surga yang kekal abadi. Permisalan semacam ini juga terdapat dalam firman Alloh yang lain, yaitu :

أُولَٰئِكَ الَّذِينَ اشْتَرَوُا الضَّلَالَةَ بِالْهُدَىٰ فَمَا رَبِحَتْ تِجَارَتُهُمْ وَمَا كَانُوا مُهْتَدِينَ

Mereka itulah orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk, maka tidaklah beruntung perniagaan mereka dan tidaklah mereka mendapat petunjuk.(QS : al Baqarah : 16)

Perniagaan ini Alloh sifati dapat menyelamatkan dari Adzab yang pedih, ini bukanlah perniagaan dalam artian yaitu bahwa segala macam perniagaan di dunia itu bisa menyelamatkan dari adzab yang pedih, akan tetapi perniagaan disini adalah amal shalih yang di lakukan seorang hamba yang akhirnya dapat menyelamatkan dia dari adzab yang pedih pada hari kiamat nanti. (lihat at Tahriir wa at Tanwiir Ibnu ‘Atsur / 15 / 67 Maktabah Syamilah)

Adapun amal shalih tersebut diantaranya adalah yang pertama: {(yaitu) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya,.”}, kalimat ini merupakan khobar akan tetapi maknanya adalah perintah, yang menunjukkan akan hal ini adalah pada qiro’ah Ibnu Mas’ud lafadznya adalah:

آمنوا بالله رسوله ، وجاهدوا فى سبيله

“Berimanlah kamu sekalian kepada Alloh danRasulNya dan berjihadlah di jalan Alloh,.” (lihat at Tafsir al Wasith Sayyid Thantawi / 4190 Maktabah Syamilah)

Keimanan kepada Alloh Ta’ala adalah dengan mengimani Uluhiyah maupun RububiyahNya, serta Asma wa SifatNya tanpa takyif, tamtsil, tahrif, dan ta’til (menanyakan bagaimana hakekatnya, permisalan, penyimpangan, dan penolakan). Sedangkan keimanan kepada Rosululloh adalah dengan membenarkan segala apa yang di kabarkannya dan di bawanya.

Yang kedua adalah {berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu..”}, pengertian jihad menurut Alqur’an dan Sunnah tidak hanya sebatas memerangi kaum kuffar dengan pedang, akan tetapi lebih luas dari itu. Alloh berfirman :

فَلَا تُطِعِ الْكَافِرِينَ وَجَاهِدْهُمْ بِهِ جِهَادًا كَبِيرًا

Maka janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir, dan berjihadlah terhadap mereka dengannya dengan jihad yang besar. (QS : Al Furqon : 52)

Ibnu Abbas mengatakan bahwa maksud dari kalimat {berjihadlah terhadap mereka dengannya”} maksudnya adalah dengan Al Qur’an. Maka jihad yang besar dalam ayat ini adalah dengan Al Qur’an, ini jelas menunjukkan bahwa makna jihad tidak selalu dikaitkan dengan pedang, akan tetapi lebih luas maknanya dari itu. (lihat Mausu’atu ad Din an Nasihah / 5 / 265 Maktabah Syamilah)

Demikian juga pada ayat ini Alloh Ta’ala tidak hanya memerintahkan untuk berjihad dengan jiwa akan tetapi juga dengan harta. Dan berjihad dengan harta pada ayat ini di dahulukan daripada dengan jiwa. As Syinqiti memberikan penjelasan bahwasanya dengan harta bisa memperkuat pasukan, karena dengan harta senjata dan perlengkapan perang bisa di beli, dan dikarenakan harta pula sebuah pasukan bisa melemah. (lihat Adwa’ul Bayan as Syinqiti / 8 / 247 Maktabah Syamilah)

Oleh karena itu mencurahkan harta benda kita untuk berjihad di jalan Alloh tidak kalah penting dengan berjihad dengan jiwa kita sendiri. Di sisi lain ini bisa menjadi alternatif bagi orang yang tidak mampu untuk berjihad dengan jiwanya, seperti orang yang lemah fisiknya dan para wanita karena Nabi bersabda :

مَنَ جَهَّزَ غَازِيًا فَقَدْ غَزَا

“Barang siapa yang menyiapkan bekal bagi orang yang hendak berperang maka sungguh dia juga berperang,.” (Shahih Muslim hadits no. 5012)

Maka amalan-amalan sebagaimana di sebutkan di atas adalah lebih baik bagi kita dari pada apapun juga, dan di dalamnya terdapat kebaikan yang banyak jika kita mengetahui. (AR)*

 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

ABU RUQOYYAH Copyright © 2009 WoodMag is Designed by Ipietoon for Free Blogger Template | Supported by denkhoir