
Mengenai syaikh Muhammad
bin Abdul Wahab, beliau di lahirkan di ‘Uyainah pada tahun 1115 H menurut
pendapat yang lebih masyhur. Tumbuh dalam asuhan bapak beliau yaitu Syaikh
Abdul Wahab, beliau membaca Al Qur’an semenjak dini dan bersungguh-sungguh
dalam belajar ilmu agama. Kemudian beliau berangkat berhaji dan memulai rihlah
beliau dalam menuntut ilmu dari para ulama di Madinah, Basrah, Irak hingga
menjadi sosok yang ‘alim yang mendakwahkan tauhid. [1]
Prinsip dakwah yang
beliau ajarkan yaitu mengajak pada pemurnian tauhid dan kembali kepada Sunnah
Nabi –Shalallohu ‘alaihi wa Sallam-. Dakwah yang mengajak umat untuk
meninggalkan segala bentuk kemusyrikan dan segala perkara yang dapat
menjerumuskan ke dalamnya. Dakwah yang mengajak untuk memurnikan ajaran Islam
ini dari bid’ah khurofat dan kesesatan. Dakwah beliau juga banyak di ilhami
para penuntut ilmu di negeri kita ini, khususnya melalui karya-karya beliau
yang sudah banyak di terbitkan baik dalam bahasa arab maupun yang sudah di
terjemahkan dalam bahasa indonesia.
Jika kita telusuri
jejak perjalanan dakwah beliau, maka kita temukan bahwa sebenarnya celaan,
cacian dan tuduhan miring terhadap dakwah ini sudah muncul semenjak beliau
mendakwahkanya. Kita lihat dalam buku sejarah perjalanan dakwah beliau :
فلما اشتهر الشيخ بالدعوة
وكتب الكتابات الكثيرة ، وألف المؤلفات القيمة ، ونشرها في الناس ، وكاتبه العلماء
، ظهر جماعة كثيرون من حساده ، ومن مخالفيه ، وظهر أيضا أعداء آخرون ، وصار أعداؤه
وخصومه قسمين : قسم عادوه باسم العلم والدين . وقسم : عادوه باسم
السياسة ولكن تستروا بالعلم ، وتستروا باسم الدين ، واستغلوا عداوة من عاداه من
العلماء الذين أظهروا عداوته وقالوا إنه على غير الحق ، وإنه كيت وكيت .
“Ketika beliau
mulai tenar dengan dakwah beliau, dan menulis tulisan-tulisan dan
karangan-karangan yang banyak dan berharga serta tersebarnya tulisan dan karangan
tersebut di masyarakat, para ulama-pun banyak menulis tentang beliau, lantas
muncul sekelompok orang dengan hasad dan perselisihannya terhadap beliau. Muncul
pula di kala itu musuh yang lain, maka musuh beliau ada dua macam, yang pertama
memusuhi beliau atas nama ilmu agama, dan yang ke dua memusuhi beliau atas nama
politik, akan tetapi jenis ke dua ini mereka berlindung atas nama ilmu dan
agama pula. Dan mereka diantara para ulama yang memusuhi beliau sibuk dengan
permusuhan ini, yaitu orang-orang yang menunjukkan permusuhanya, mereka
mengatakan bahwa syaikh Muhammad bin Abdul Wahab tidak berada di atas
kebenaran, serta beliau adalah orang yang begini dan begitu.”. [2]
Adapun di Negara
kita Indonesia hujatan dan celaan terhadap dakwah ini sudah di mulai semenjak
jaman perjuangan dahulu. Upaya menghancurkan dakwah ini dan orang-orang yang
terlibat di dalamnya santer terjadi saat itu pula. Ini sebagaimana di katakan
oleh salah seorang da’i pada masa itu, Buya Hamka dalam buku beliau ; “Dari
Perbendaharaan Lama” beliau dengan gamblang menjelaskan hal ini. Beliau
mengatakan :
“Seketika terjadi Pemilihan Umum , orang
telah menyebut-nyebut kembali yang baru lalu, untuk alat kampanye, nama
“Wahabi.” Ada yang mengatakan bahwa Masyumi itu adalah Wahabi, sebab itu jangan
pilih orang Masyumi. Pihak komunis pernah turut-turut pula menyebut-nyebut
Wahabi dan mengatakan bahwa Wahabi itu dahulu telah datang ke Sumatera. Dan
orang-orang Sumatera yang memperjuangkan Islam di tanah Jawa ini adalah dari
keturunan kaum Wahabi.”
Beliau juga mengatakan :
“Memang sejak abad kedelapan belas, sejak
gerakan Wahabi timbul di pusat tanah Arab, nama Wahabi itu telah menggegerkan
dunia. Kerajaan Turki yang sedang berkuasa, takut kepada Wahabi. Karena Wahabi
adalah, permulaan kebangkitan bangsa Arab, sesudah jatuh pamornya, karena
serangan bangsa Mongol dan Tartar ke Baghdad. Dan Wahabi pun ditakuti oleh bangsa-bangsa penjajah, karena
apabila dia masuk ke suatu negeri, dia akan mengembangkan mata penduduknya
menentang penjajahan. Sebab faham Wahabi ialah meneguhkan kembali ajaran Tauhid
yang murni, menghapuskan segala sesuatu yang akan membawa kepada syirik. Sebab
itu timbullah perasaan tidak ada tempat takut melainkan Allah. Wahabi adalah
menentang keras kepada Jumud, yaitu memahamkan agama dengan membeku. Orang
harus kembali kepada Al-Qur’an dan Al-Hadits.” [3]
Upaya
penghapusan eksistensi dakwah yang di usung syaikh Muhammad bin Abdul Wahab ini
berlanjut hingga sekarang. Bahkan semakin vulgar dan terang-terangan, hujatan ejekan
dan tuduhan tanpa bukti pun di lontarkan. Dan yang cukup di sesalkan itu muncul
dari tokoh masyarakat dan pemimpin organisasi Islam yang cukup berpengaruh di
negeri ini. Pada acara yang bertajuk “Ulama Sejagat Menghujat SALAFI-WAHABI”
yang di laksanakan di Masjid Nurul Ikhwan Perumnas III Bekasi pada hari Ahad 20
November 2011 di situ di jadikan ajang caci makian terhadap dakwah ini, bahkan
tidak hanya itu, simbol-simbol Islam pun di pangkas. Sebagai contoh ucapan salah
seorang pembicara dalam Tablig Akbar tersebut, ia mengatakan :
“Jadi ciri Salafi (wahabi, Red.) ini, tolong camkan ini: celananya
cingkrang, jenggotnya ngga karu-karuan, jidatnya itu hitam kelam, wajahnya
tidak enak dipandang,” ujarnya dengan nada meledak-ledak.”. [4]
Jelas ucapan ini
merupakan ucapan ngawur dan berkesan meremehkan syariat. Bukankan kita ketahui
bersama bahwa cirri-ciri yang di sebutkan di atas kecuali ‘wajah yang tidak
enak di pandang’ merupakan bagian dari syariat ini,.??! Celana cingkrang alias
tidak musbil bukankah merupakan ajaran Nabi kita -Shalallohu ‘alaihi
wa Sallam- sebagaimana hadits :
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ -
رضى الله عنه - عَنِ النَّبِىِّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ « مَا أَسْفَلَ مِنَ
الْكَعْبَيْنِ مِنَ الإِزَارِ فَفِى النَّا »
“Dari
Abu Hurairah -semoga Alloh meridhai beliau-, dari Nabi -Shalallohu ‘alaihi wa
Sallam- beliau bersabda : “Kain yang berada di bawah mata kaki tempatnya di
neraka.” (HR : Bukhari, Nasai, Ahmad, dan lainya)
Kemudian
memanjangkan jenggot, bukankah itu ajaran Nabi kita juga, sebagaimana sabdanya
:
خَالِفُوا الْمُشْرِكِينَ
، وَفِّرُوا اللِّحَى ، وَأَحْفُوا الشَّوَارِبَ
“Selisihilah
orang-orang musyrik, lebatkanlah jenggot dan pendekkanlah kumis.” (HR
: Bukhari, & Baihaqi)
Mengenai
tanda hitam di dahi maka bagi siapa yang mempelajari sejarah niscaya ia tidak
akan asing dengan hal ini, di karenakan tanda ini di miliki pula oleh para
tabiin.
Tuduhan
penebar teror juga di alamatkan pada orang-orang yang di gelari wahabi oleh
mereka. Sebagai buktinya adalah perkataan ini :
“Kita bisa mencermati pergerakan paham Wahabi di negeri kita yang
secara mengendap-endap telah memasuki wilayah pendidikan dengan menyuntikkan
ideologi puritanisme radikal, semisal penyesatan terhadap kelompok lain hanya
karena soal beda masalah ibadah lainnya. Di berbagai daerah bahkan sudah
terjadi ‘tawuran’ akibat model dakwah Wahabi yang tak menghargai perbedaan
pandangan antar-muslim. Model dakwah semacam ini bisa berpotensi menjadi ‘cikal
bakal’ radikalisme.” [5]
Tuduhan
Tanpa Dasar, Menimbulkan Potensi Perpecahan
Tuduhan-tuduhan
di atas sebenarnya tanpa di dasari bukti sama sekali. Dan jika kita mengkaji
kitab-kitab syaikh Muhammad bin Abdul Wahab niscaya tidak akan kita temukan
sedikitpun ajaran ‘teror’ dan ‘arogansi’ di dalamnya. Beliaupun sangat
berhati-hati dalam masalah takfir. Justeru apa yang di munculkan oleh
musuh dakwah ini berpotensi memicu perpecahan umat dan kerusuhan. Betapa
tidak,.? Jika simbol-simbol Islam sudah di katakan sebagai ciri radikalisme
maka orang yang melihatnya seolah melihat ‘teroris’, dan ini amat berbahaya
sekali. Orang yang tidak ada kaitanya dengan terorisme bisa di kait-kaitkan
gara-gara memakai simbol-simbol ini (celana cingkrang, jenggot tebal dan tidak musbil).
Pemikiran
semacam ini akan mengkaburkan Islam dan dapat mengikis pondasi syariatnya.
Makin ke depan apabila pemikiran ini makin menyebar, orang yang menjalankan
sunnah-sunnah agama ini justeru akan di cap sebagai ‘penebar terror dan
radikalisme’.
[1]
. Lihat biografi beliau secara lengkap di risalah karya Syaikh Bin Baz dengan
judul “Al Imam Muhammad bin Abdul Wahab, Da’watuhu wa Shiratuhu”
[2]
. Al Imam Muhammad bin Abdul Wahab, Da’watuhu wa Shiratuhu, karya Syaikh Bin
Baz, www.al-islam.com
[3]
. lihat : http://www.voa-islam.com/counter/liberalism/2011/12/03/16891/buya-hamka-vonis-sesat-terhadap-wahabi-direkayasa-untuk-gurita-kolonialisme/
[4]
. lihat : http://www.voa-islam.com/news/indonesiana/2011/11/22/16781/aneh-forum-nahdiyin-mengais-pendapat-liberal-untuk-serang-salafi/
[5]
. Lihat : http://www.voa-islam.com/counter/liberalism/2011/10/07/16288/tudingan-wahabi-kontributor-teror-bom-tak-pernah-terbukti/
gan, ...
BalasHapusbisa gak orang yang sefaham dengan antum hidup dalam daerah tertentu, lalu jadikan daerah tersebut menjadi contoh untuk daerah-daerah yang lainnya (bersih, indah, dll yang bagus-bagus). karena orang sekarang butuh contoh/suri teladan. insya ALLAH, image radikal dan teroris nya akan hilang dengan sendirinya.
kan, ada pepatah: bersatu teguh bercerai runtuh.
Jika setiap orang mempelajari Islam ini dengan baik, niscaya tuduhan dan makian semacam itu tidak akan keluar dari mulutnya,..
BalasHapus