
وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا
فَاتَّبِعُوهُ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ
ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
"Dan
sesungguhnya ini adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah ia, dan janganlah
kalian mengikuti jalan-jalan (selain jalan itu) maka kalian akan terpisah dari
jalan itu, yang demikian itu Alloh mewasiatkan kepada kalian hal itu agar
kalian bertakwa". (QS
: Al An'am : 153)
Akan tetapi iblis dan bala tentaranya tidak
akan tinggal diam, ia akan berupaya memalingkan manusia dari jalan lurus
tersebut. Apabila manusia itu seorang ahli maksiat maka iblis dan syaiton akan
menghiasi pandangannya dengan syahwat, adapun apabila manusia itu seorang ahli
ibadah maka iblis dan syaiton akan menghiasinya dengan ghuluw untuk
menghancurkan agamanya.
Ibnu Abbas mengabarkan :
خَطَّ لَنَا رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه
وسلم- يَوْماً خَطًّا ثُمَّ قَالَ :« هَذَا سَبِيلُ اللَّهِ ». ثُمَّ خَطَّ
خُطُوطاً عَنْ يَمِينِهِ وَعَنْ شِمَالِهِ ثُمَّ قَالَ :« هَذِهِ سُبُلٌ ، عَلَى
كُلِّ سَبِيلٍ مِنْهَا شَيْطَانٌ يَدْعُو إِلَيْهِ ». ثُمَّ تَلاَ (وَأَنَّ هَذَا
صِرَاطِى مُسْتَقِيماً فَاتَّبِعُوهُ وَلاَ تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ
بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ )
"Pada suatu hari Rasululloh Shalallohu 'Alaihi wa
Sallam membuat suatu garis, lalu beliau bersabda : <"Ini jalan
Alloh">, kemudian beliau membuat garis lagi pada garis tersebut dari
sisi kanan dan kirinya, kemudian bersabda : <"Ini merupakan jalan-jalan
menyimpang (cabang-cabang), pada tiap-tiap cabangnya terdapat syaiton yang
menyeru kepadanya">. Kemudian beliau membaca ayat : "Dan sesungguhnya ini adalah jalanKu yang lurus, maka
ikutilah ia, dan janganlah kalian mengikuti jalan-jalan (selain jalan itu) maka
kalian akan terpisah dari jalan itu, yang demikian itu Alloh mewasiatkan kepada
kalian hal itu agar kalian bertakwa". (HR : Ahmad, Ad Darimiy, Hakim, Nasai dan di hasankan
oleh syaikh Al Albani)
Ibnul Qoyyim Al-Jauziyah berkata : "Alloh
tidaklah memerintahkan sebuah perkara kecuali syaiton mencoba memalingkan dariya,
entah itu dengan membisikkan kepada manusia supaya meremehkannya (tafrith)
ataupun dengan membisikkan kepada manusia supaya bersikap berlebih-lebihan (ifrath
atau ghuluw) terhadapnya. Agama Islam adalah agama yang pertengahan, yaitu diantara
sikap meremehkannya ataupun berlebih-lebihan padanya, layaknya sebuah lembah
diantara dua gunung, petunjuk diantara dua kesesatan, serta pertengahan
diantara dua sisi yang tercela. Sesungguhnya orang yang meremehkan sebuah
perkara ataupun berlebih-lebihan padanya hakikatnya ia telah mempersempit
perkara tersebut, yaitu dengan mengurangi ataupun menambahkannya." (Al
Ghuluw Madhohiruhu wa Asbabuhu wa 'Ilajuhu Muhammad bin Nashir al 'Arini
halaman 19-20 Maktabah Fahrusah Malik Fahd Al Wathoniyah cetakan ke 6 tahun
1429 H)
Seperti itulah upaya syaiton dalam rangka
menggelincirkan manusia dari jalan kebenaran, berupaya menyesatkan manusia
melalui cara-cara tafrith (meremehkan) dan ghuluw (berlebih-lebihan).
Hakikat Ghuluw
Al jauhari mengatakan :
غَلَا فِي الأَمْرِ يَغْلُو غُلُّوًا , أَي
جَاوَزَ فِيهِ الحَدَّ
"Berlebih-lebihan dalam
sebuah perkara (dengan ghuluw) yaitu melebihkannya dari batas ukuranya"
Ibnul Mandzur mengatakan : ",..asal ghuluw adalah
melewati dan melebihi ukuran dalam segala hal,.". (Al Jadzur at Tarikhiyah
Li Haqiqatil Ghuluw, Ali bin Abdul Aziz halaman 5 Maktabah Syamilah)
Sedangkan yang dimaksud ghuluw dalam agama adalah sikap
berlebih-lebihan di dalam beragama sehingga melebihi apa yang telah di tetapkan
syariat. Tentunya hal ini sangat
membahayakan, karena dengan begitu seseorang akan menambah apa-apa yang tidak
ada di dalam syariat. Diantara penyebabnya adalah :
-
Banyak berpalingnya kaum Muslimin dari agama mereka, baik aqidah,
akhlak, maupun syariatnya
-
Tersebarnya kedzaliman dengan berbagai macam bentuknya
-
Adanya upaya penolakan iltizam (konsekwen) terhadap Sunnah dan
pengamalanya
-
Kebodohan terhadap ilmu Syar'i dan sedikitnya pemahaman agama. (Al
Ghuluw Al Asbab Wal 'Ilaj, Nasir Ibnu Abdul Karim, www.al-islam.com)
Sikap Ghuluw Sebab Awal Kekafiran
Sikap ghuluw bisa menjadi penyebab kekufuran. Ini
telah terbukti sebagaimana perbuatan ghuluw yang di lakukan kaum Nuh 'Alaihi wa
Sallam yang membawa mereka kepada kekafiran. Inilah yang menjadi sebab di
utusnya beliau kepada kaumnya, yakni karena perbuatan ghuluw yang mereka
lakukan. Awalnya syaiton tidaklah menyuruh mereka secara langsung untuk berbuat
kafir kepada Alloh, akan tetapi yang di lakukan syaiton adalah membelokkan
manusia ke arah perbuatan ghuluw.
Perbuatan ghuluw seperti apakah yang mereka
lakukan,..? Sebagaimana hadits yang bersumber dari Ibnu Abbas, bahwa mereka
pada awalnya berbuat ghuluw kepada orang-orang shalih di kalangan mereka dengan
membuat patung. Ketika datang generasi
berikutnya syaiton membisikkan kepada mereka agar berkumpul di tempat tersebut
dan menamai patung-patung itu dengan nama orang-orang shalih tadi. Sampai di
sini patung-patung itu belum di sembah, sampai habislah generasi ini kemudian
datang generasi berikutnya dan syaiton kembali membisikkan syubhatnya kepada
mereka, sehingga kemudian patung-patung tersebut di sembah oleh manusia. (Mengenai
hadits ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari di dalam Shahihnya pada Kitab Tafsir
Bab Firman Alloh Ta'ala surat Nuh ayat 23)
Sikap ghuluw juga melanda kaum Muslimin pada masa
khalifah Utsman bin Affan, dimana orang-orang Khawarij bersikap ghuluw,
sehingga menhalalkan darah beliau dan membunuhnya. (Al Ghuluw Madhohiruhu wa
Asbabuhu wa 'Ilajuhu Muhammad bin Nashir al 'Arini halaman 45 Maktabah Fahrusah
Malik Fahd Al Wathoniyah cetakan ke 6 tahun 1429 H)
Adapun pada masa sekarang sikap ghuluw ini masih
nampak melanda kaum Muslimin. Kita lihat sebagian saudara-saudara kita meyakini
para Kyai, maupun orang-orang tertentu memiliki kelebihan sehingga mereka
mengaggap dapat memberikan barokah, rizki, menyembuhkan penyakit, ataupun melihat
perkara ghaib, na'udzubilah,..! Ini merupakan sikap ghuluw,..!
Perhatikanlah hal ini wahai pembaca sekalian, betapa
sikap ghuluw itu membahayakan. Dengan pandainya syaiton menjadikan hal ini
sebab kekufuran kaum Nuh. Dan dengan pandainya pula syaiton menyesatkan fikiran
orang-orang Khawarij pada masa Utsman sehingga mereka menganggap beliau kafir
dan akhirnya menghalalkan darah dan kehormatan beliau,..!
Oleh karenanya syariat melarang keras perbuatan ini. Alloh
berfirman :
يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لَا تَغْلُوا فِي
دِينِكُمْ وَلَا تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ إِلَّا الْحَقَّ إِنَّمَا الْمَسِيحُ
عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ رَسُولُ اللَّهِ
"Wahai
Ahli Kitab, janganlah kamu sekalian berlebih-lebihan dalam agama, dan janganlah
mengatakan mengenai Alloh kecuali kebenaran. Dan bahwasanya Al Masih ibnu
Maryam adalah Rasul Alloh,." (QS
: An Nisaa : 171)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar