Oleh : Abu Ruqoyyah Setyo Susilo
Dunia dakwah di negeri
ini kembali tercoreng (setidaknya saat artikel ini di tulis, sekitar bulan Desember 2011 - namun hingga saat ini isu wahabi juga masih santer terdenganr di telinga kita, apalagi berbarengan dengan isu ISIS) dengan hujatan-hujatan dan caci makian terhadap salah
satu manhaj dakwah yang sering orang sebut sebagai Wahabi. Di sebut
wahabi ini karena kemiripan dakwah yang mereka usung dengan prinsip-prinsip
dakwah syaikh Muhammad bin Abdul Wahab. Meskipun sebutan ini sebenarnya muncul
bukan dari pelaku dakwah itu sendiri, namun sebutan itu muncul dari orang-orang
yang membenci prinsip dakwah syaikh Muhammad bin Abdul Wahab.
Mengenai syaikh Muhammad
bin Abdul Wahab, beliau di lahirkan di ‘Uyainah pada tahun 1115 H. Tumbuh dalam
asuhan bapak beliau yaitu Syaikh Abdul Wahab, beliau membaca Al Qur’an semenjak
dini dan bersungguh-sungguh dalam belajar ilmu agama. Kemudian beliau berangkat
berhaji dan memulai rihlah beliau dalam menuntut ilmu dari para ulama di
Madinah, Basrah, Irak hingga menjadi sosok yang ‘alim yang mendakwahkan tauhid.
[1]
Prinsip dakwah yang
beliau ajarkan sederhana, yaitu mengajak pada pemurnian tauhid dan kembali
kepada Sunnah Nabi –Shalallohu ‘alaihi wa Sallam-. Dakwah yang mengajak
umat untuk meninggalkan segala bentuk kemusyrikan dan segala perkara yang dapat
menjerumuskan ke dalamnya. Dakwah yang mengajak untuk memurnikan ajaran Islam
ini dari bid’ah khurofat dan kesesatan. Dakwah beliau juga banyak di ilhami
para penuntut ilmu di negeri kita ini, khususnya melalui karya-karya beliau
yang sudah banyak di terbitkan baik dalam bahasa arab maupun yang sudah di
terjemahkan dalam bahasa indonesia.
Jika kita telusuri
jejak perjalanan dakwah beliau, maka kita temukan bahwa sebenarnya celaan,
cacian dan tuduhan miring terhadap dakwah ini sudah muncul semenjak beliau
mendakwahkanya. Kita lihat dalam buku sejarah perjalanan dakwah beliau :
“Ketika beliau
mulai tenar dengan dakwah beliau, dan menulis tulisan-tulisan dan
karangan-karangan yang banyak dan berharga serta tersebarnya tulisan dan karangan
tersebut di masyarakat, para ulama-pun banyak menulis tentang beliau, lantas
muncul sekelompok orang dengan hasad dan perselisihannya terhadap beliau. Muncul
pula di kala itu musuh yang lain, maka musuh beliau ada dua macam, yang pertama
memusuhi beliau atas nama ilmu agama, dan yang ke dua memusuhi beliau atas nama
politik, akan tetapi jenis ke dua ini mereka berlindung atas nama ilmu dan
agama pula. Dan diantara mereka, para ulama yang memusuhi beliau sibuk dengan
permusuhan ini, yaitu orang-orang yang menunjukkan permusuhanya, mereka
mengatakan bahwa syaikh Muhammad bin Abdul Wahab tidak berada di atas
kebenaran, serta beliau adalah orang yang begini dan begitu.”. [2]
Adapun di Negara
kita Indonesia hujatan dan celaan terhadap dakwah ini sudah di mulai semenjak
jaman perjuangan dahulu. Upaya menghancurkan dakwah ini dan orang-orang yang
terlibat di dalamnya santer terjadi saat itu pula. Ini sebagaimana di katakan
oleh salah seorang da’i pada masa itu, Buya Hamka dalam buku beliau ; “Dari
Perbendaharaan Lama” beliau dengan gamblang menjelaskan hal ini. Beliau
mengatakan :
“Seketika terjadi Pemilihan Umum , orang
telah menyebut-nyebut kembali yang baru lalu, untuk alat kampanye, nama
“Wahabi.” Ada yang mengatakan bahwa Masyumi itu adalah Wahabi, sebab itu jangan
pilih orang Masyumi. Pihak komunis pernah turut-turut pula menyebut-nyebut
Wahabi dan mengatakan bahwa Wahabi itu dahulu telah datang ke Sumatera. Dan
orang-orang Sumatera yang memperjuangkan Islam di tanah Jawa ini adalah dari
keturunan kaum Wahabi.”[3]
Upaya
penghapusan eksistensi dakwah yang di usung syaikh Muhammad bin Abdul Wahab ini
berlanjut hingga sekarang. Bahkan semakin vulgar dan terang-terangan, hujatan
ejekan dan tuduhan tanpa bukti pun di lontarkan. Dan yang cukup di sesalkan
itu muncul dari tokoh masyarakat dan pemimpin organisasi Islam yang cukup
berpengaruh di negeri ini. Pada acara yang bertajuk “Ulama Sejagat
Menghujat SALAFI-WAHABI” yang di laksanakan di Masjid Nurul Ikhwan Perumnas III
Bekasi pada hari Ahad 20 November 2011 lalu, di situ di jadikan ajang caci
makian terhadap dakwah ini, bahkan tidak hanya itu, simbol-simbol Islam pun ikut
di pangkas. Sebagai contoh ucapan salah seorang pembicara dalam Tablig Akbar
tersebut, ia mengatakan :
“Jadi ciri Salafi (wahabi, Red.) ini, tolong camkan ini: celananya
cingkrang, jenggotnya ngga karu-karuan, jidatnya itu hitam kelam, wajahnya
tidak enak dipandang,” ujarnya dengan nada meledak-ledak.”. [4]
Jelas ucapan ini
merupakan ucapan ngawur dan berkesan meremehkan syariat. Bukankan kita ketahui
bersama bahwa cirri-ciri yang di sebutkan di atas kecuali ‘wajah yang tidak
enak di pandang’ merupakan bagian dari syariat ini,.??! Celana cingkrang alias
tidak musbil bukankah merupakan ajaran Nabi kita -Shalallohu ‘alaihi
wa Sallam- sebagaimana hadits :
“Dari
Abu Hurairah -semoga Alloh meridhai beliau-, dari Nabi -Shalallohu ‘alaihi wa
Sallam- beliau bersabda : “Kain yang berada di bawah mata kaki tempatnya di
neraka.” (HR : Bukhari, Nasai, Ahmad, dan lainya)
Kemudian
memanjangkan jenggot, bukankah itu ajaran Nabi kita juga, sebagaimana sabdanya
:
“Selisihilah
orang-orang musyrik, lebatkanlah jenggot dan pendekkanlah kumis.” (HR
: Bukhari, & Baihaqi)
Mengenai
tanda hitam di dahi maka bagi siapa yang mempelajari sejarah niscaya ia tidak
akan asing dengan hal ini, di karenakan tanda ini di miliki pula oleh para
tabiin.
Tuduhan
penebar teror juga di alamatkan pada orang-orang yang di gelari wahabi oleh
mereka. Sebagai buktinya adalah perkataan ini :
“Kita bisa mencermati pergerakan paham Wahabi di negeri kita yang
secara mengendap-endap telah memasuki wilayah pendidikan dengan menyuntikkan
ideologi puritanisme radikal, semisal penyesatan terhadap kelompok lain hanya
karena soal beda masalah ibadah lainnya. Di berbagai daerah bahkan sudah
terjadi ‘tawuran’ akibat model dakwah Wahabi yang tak menghargai perbedaan
pandangan antar-muslim. Model dakwah semacam ini bisa berpotensi menjadi ‘cikal
bakal’ radikalisme.” [5]
Tuduhan
Tanpa Dasar, Menimbulkan Potensi Perpecahan
Tuduhan-tuduhan
di atas sebenarnya tanpa di dasari bukti sama sekali. Dan jika kita mengkaji
kitab-kitab syaikh Muhammad bin Abdul Wahab niscaya tidak akan kita temukan
sedikitpun ajaran ‘teror’ dan ‘arogansi’ di dalamnya. Beliaupun sangat
berhati-hati dalam masalah takfir. Justeru apa yang di munculkan oleh
musuh dakwah ini berpotensi memicu perpecahan umat dan kerusuhan. Betapa
tidak,.? Jika simbol-simbol Islam sudah di katakan sebagai ciri radikalisme
maka orang yang melihatnya seolah melihat ‘teroris’, dan ini amat berbahaya
sekali. Orang yang tidak ada kaitanya dengan terorisme bisa di kait-kaitkan
gara-gara memakai simbol-simbol ini (celana cingkrang, jenggot tebal dan tidak musbil).
Pemikiran
semacam ini akan mengkaburkan Islam dan dapat mengikis pondasi syariatnya.
Makin ke depan apabila pemikiran ini makin menyebar, orang yang menjalankan
sunnah-sunnah agama ini justeru akan di cap sebagai ‘penebar terror dan
radikalisme’.
Maka
kami mengingatkan pembaca sekalian akan bahaya pemikiran ini, jangan sampai meracuni
anak-cucu kita. Kita dapat mengetahui aqidah yang benar dengan senantiasa tolabul
ilmi (menuntut ilmu agama) sehingga tidak mudah terpancing isu yang
bermuatan propaganda dan perpecahan ini. Allohu a’lam [AR]
[1]
. Lihat biografi beliau secara lengkap di risalah karya Syaikh Bin Baz dengan
judul “Al Imam Muhammad bin Abdul Wahab, Da’watuhu wa Shiratuhu”
[2]
. Al Imam Muhammad bin Abdul Wahab, Da’watuhu wa Shiratuhu, karya Syaikh Bin
Baz, www.al-islam.com
[3]
. lihat : http://www.voa-islam.com/counter/liberalism/2011/12/03/16891/buya-hamka-vonis-sesat-terhadap-wahabi-direkayasa-untuk-gurita-kolonialisme/
[4]
. lihat : http://www.voa-islam.com/news/indonesiana/2011/11/22/16781/aneh-forum-nahdiyin-mengais-pendapat-liberal-untuk-serang-salafi/
[5]
. Lihat : http://www.voa-islam.com/counter/liberalism/2011/10/07/16288/tudingan-wahabi-kontributor-teror-bom-tak-pernah-terbukti/
semoga Umara' (pemimpin) kita mampu mencermati mana yang benar dan mana yang salah. wallahi kita (yang mengkaji Al-Qur'an dan sunnah) benci dengan terorisme dan radikalisme. semoga saudara/ri kita yang membenci ajaran Nabi saw (misal: jenggot, cingkrang) mendapat hidayah dan bisa istiqomah mempelajari, memahami, mengamalkan, dan mendakwahkan Al-qur'an dan sunnah. amin
BalasHapusSemoga umara' kita tidak percaya begitu saja kepada kelompok-kelompok yang tidak sefaham dengan dakwahnya Syekh Abdul Wahhab. jangan sampai "gebyok uyah" pukul rata yang punya ciri-ciri seperti itu aliran teroris, radikal dll. wallahi kita (yang mengkaji Al-qur'an dan sunnah ) benci dengan teroris dan sifat radikalisme. nasehat: bagi yang membenci wahabi (kata mereka) hendaknya mengklarifikasi ulang kitab-kitab syekh Muhammad bin Abdul Wahhab. Adakah ajaran yang menyimpang di dalamnya ? jika ada yang salah tinggalkan yang salah, bila ada yang benar ambillah. semoga manfaat. amin
BalasHapus