
“Dan
orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): "Kami tidak
menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Alloh
dengan sedekat- dekatnya." (QS
: Az Zumar : 3)
Judul di
atas bukanlah sebuah justifikasi bahwa segala macam bentuk tawasul itu
di larang, tidak demikian, Karena pada dasarnya tawasul itu ada yang di
perbolehkan dan ada yang di larang. Telah kita ketahui bersama bahwa tawasul
merupakan satu hal yang di anjurkan oleh Alloh Ta’ala. Tentunya kita sudah
hafal mengenai ayat yang menerangkan tentang anjuranya, yaitu firman Alloh
Ta’ala :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
اتَّقُوا اللَّهَ وَابْتَغُوا إِلَيْهِ الْوَسِيلَةَ
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya..”.
(QS
: Al Maidah : 35)
Namun tawasul seperti
apakah yang seperti apakah yang maksud dalam ayat itu,.?
Yang di maksud dalam
ayat di atas adalah tawasul yang masyruu’ (disyariatkan), sebagaimana di
jelaskan oleh nash-nash syariat. Ada tiga macam jenisnya ;
- Tawasul
dengan nama dan sifat Alloh Ta’ala
Yaitu dengan berdoa dengan nama dan sifat-Nya, sebagaimana telah
di ajarkan oleh Alloh dalam firman-Nya :
وَلِلَّهِ
الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا
“Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah
kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu.”
(QS
: Al A’rof : 180)
- Tawasul
dengan iman dan amal shalih
Ini sebagaimana yang di lakukan oleh tiga orang yang terjebak di
dalam gua, yang di riwayatkan oleh Imam Bukhari di dalam Shahih-nya,
yang kemudian mereka berdoa dengan amal shalih yang telah mereka kerjakan.
Alloh-pun mengabulkan doa mereka hingga mereka dapat terbebas dari gua
tersebut.
- Tawasul
dengan perantaraan orang yang shalih
Sebagaimana hadits Umar yang beliau bertawasul melalui doa paman
Nabi -Shalallohu ‘alaihi wa Sallam-, yang juga di riwayatkan oleh Imam
Bukhari dalam Shahih-nya.
Ketiga
macam tawasul itulah yang masyruu’ yang kita di perbolehkan
mengerjakanya. [lihat Risaalatun Fii Ususil Aqiidah karya Muhammad Ibnu
Audah hal. 56 terbitan Wizarotu As Syu’un Al Islamiyah Wal Auqaf Wa Ad Dakwah
Wal Irsyad Cet. I)
Namun
selain bentuk tawasul yang di syariatkan terdapat juga bentuk tawasul yang di
larang. Seperti bertawasul dengan kemuliaan seseorang, atau dengan dzatnya,
dengan benda-benda tertentu seperti patung, atau juga dengan pohon, batu, dan
hewan yang di keramatkan.
Tawasul
semacam ini cukup tumbuh subur di Negara kita. Jika kita teliti maka akan kita
temukan adanya kesamaan I’tiqod atau keyakinan antara mutawassil (orang
yang bertawasul dengan tawasul yang di larang ini) dengan orang-orang kafir
quraisy pada masa Nabi. Dari mana kita tahu,.? Diantaranya dari ayat diatas,
yaitu firman Alloh pada surat Az Zumar ayat 3.
Apabila
kita tanya orang-orang yang bertawasul dengan tawasul semacam ini, apakah mutawassal
(hal yang di jadikan sebagai wasilah dalam bertawasul, seperti kuburan
orang shalih, patung, ataupun benda-benda lainya) dapat memberikan rizki,
kelapangan, ataupun kemanfaatan kepada mereka,.? Mereka pasti akan menjawab ;
Tidak.!
Kemudian
apabila kita tanya mereka, apakah mereka menyembahnya,.? Pasti dengan tegas
akan di jawab ; TIDAK,.! Mareka akan menjawab ; “Kami tidak menyembahnya, dan
kami tidak meyakini bahwa benda atau orang yang kami bertawasul denganya bisa
mendatangkan manfaat, tetapi kami meyakini bahwa mereka bisa menjadi
perantara yang mendekatkan kami kepada Alloh sehingga doa kami di kabulkan.”
Pembaca
sekalian ketahuilah bahwasanya sikap seperti itu sama dengan sikap kaum musyrik
quraisy. Apakah kemusyrikan mereka gara-gara mempertuhankan berhala,.??
Tidak,.!! Mereka sudah di katakan musyrik tatkala mereka bertawasul dengan
berhala yang mereka buat, sementara mereka masih meyakini Alloh-lah yang
menciptakan seluruh alam ini dan mengaturnya. Mereka berkeyakinan bahwa
berhala-berhala tersebut mampu mendekatkan diri mereka kepada Alloh. Lihatlah
apa yang mereka katakan ;
وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ مَا
نَعْبُدُهُمْ إِلَّا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَىٰ
“Dan
orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): "Kami tidak
menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Alloh
dengan sedekat- dekatnya." (QS
: Az Zumar : 3)
Ibnu
Katsir menjelaskan ayat di atas : “Kemudian Alloh Ta’ala mengabarkan mengenai penyembah-penyembah
berhala dari kalangan orang-orang musyrik, mereka mengatakan ; ("Kami
tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Alloh
dengan sedekat-dekatnya."), maksudnya bahwa yang menjadikan
mereka beribadah kepada berhala-berhala tersebut adalah mereka pergi ke
berhala-berhala itu, yang telah mereka bentuk dengan bentuk serupa malaikat
yang mampu mendekatkan kepada Alloh dalam persangkaan mereka, kemudian
mereka beribadah kepada berhala-berhala itu dengan maksud mengambil kedudukan
ibadahnya malaikat, agar dapat memberikan syafaat kepada mereka di sisi Alloh
Ta’ala dalam hal pertolongan kepada mereka, rizki serta apa-apa yang berkaitan
dengan perkara keduniawian, adapun di akhirat nanti maka mereka mengingkarinya.”
[Tafsiirul Qur’anil ‘Adzim Ibnu Katsir, dengan muhaqqiq Samiy bin
Muhammad Salamah, 7/85 Dar Thaybah Lin Nasyr Wa At Tauzi’]
Ibnul
Jauzi juga menjelaskan makna kalimat sesudahnya ; (melainkan supaya mereka
mendekatkan kami kepada Alloh dengan sedekat- dekatnya."), “,.yaitu
agar mereka (berhala-berhala tersebut) memberikan syafaat kepada kami di
hadapan Alloh serta mendekatkan kami kepada Alloh sedekat-dekatnya.” [Zaadul
Masiir Ibnul Jauzi 5/25 Maktabah Syamilah]
Dengan
kata lain mereka beribadah di depan berhala-berhala itu dengan satu tujuan dan
keyakinan bahwa berhala-berhala itu mampu mendekatkan mereka kepada Alloh. Berbedakah
dengan model tawasul yang banyak di gemari masyarakat sekarang ini,.? Tidak
berbeda,.!
Meskipun
kita berdalih bahwa kita tetap meyakini bahwa Alloh-lah yang mengatur dan
menentukan segalanya, sedangkan berhala, kuburan orang shalih, ataupun
benda-benda lain yang kita memohon atau beribadah di hadapanya itu hanya
sebagai perantara, tetap di katakan sebagai perbuatan yang mensekutukan Alloh,
karena perbuatan itu tidak berbeda dengan perbuatan yang di lakukan orang-orang
kafir quraisy di depan berhala-berhala mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar